Probolinggo, 12/11/2019 – Daging ayam ras menjadi penyumbang inflasi tertinggi bulan Oktober 2019 di Kota Probolinggo. Hal ini disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Probolinggo, Adenan, saat rilis di Radio Suara Kota, kawasan Suroyo, Selasa (12/11).
Indeks Harga Konsumen (IHK) dari BPS terpantau mengalami inflasi sebesar 0,12 persen. Inflasi itu disumbang oleh daging ayam ras, akademi/perguruan tinggi, rempela ati ayam, emas perhiasan, cabai merah, cumi-cumi, hand body lotion, bawang merah, kelapa, ikan kembung dan lain-lain.
“Sepuluh komoditi menyumbang inflasi di Kota Mangga dan Anggur. Paling tinggi adalah daging ayam ras. Namun kondisi ini cukup aman,” ujarnya.
Senada dengan Adenan, Kepala Bagian Administrasi Perekonomian Wawan Soegiantono menyebut capaian inflasi kali ini terbilang masih aman. Meski demikian, ia mengaku Tim Pengendalian Inflasi daerah (TPID) Kota Probolinggo, masih memiliki 2 pekerjaan rumah untuk capaian 2 bulan terakhir di tahun 2019 ini.
“Kalau dari target, masih aman. Namun demikian kami tetap mengupayakan dan bersinergi dengan OPD terkait agar capaian inflasi deflasi tetap terkendali. Khususnya di sektor pertanian dan perikanan,” tegasnya.
Sementara itu, Perwakilan BI Malang Siti Seniorita mengatakan, TPID juga harus waspada akan adanya perubahan tarif rokok yang dapat mempengaruhi inflasi, 2 bulan kedepan. Seperti diketahui bersama, tarif rokok mulai merangkak naik pasca adanya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 152/2019 tentang Kenaikan Tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) sudah terbit dan akan berlaku pada 1 Januari 2020.
Dimana, lanjutnya, dalam PMK teranyar ini, rata-rata kenaikan tarif CHT tahun 2020 sebesar 21,55%. Angka ini di bawah kenaikan tarif yang diumumkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebesar 23% di Istana, beberapa waktu yang lalu.
“Semoga dengan (naiknya tarif rokok) ini, bisa mengurangi jumlah ahli hisap yg ada,” ujarnya berseloroh. (Sonea)