KANIGARAN – Kota Probolinggo mengalami deflasi sebesar 0,14 persen di bulan September dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) yakni sebesar 105,17 persen. Pemicunya dikarenakan adanya penurunan harga beberapa indeks kelompok pengeluaran. Yakni pada kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,83 persen.
Menanggapi hal itu, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setiorini Sayekti, Selasa (19/10), membenarkan bahwa saat ini kondisi Kota Probolinggo tengah mengalami deflasi.
Bila dibandingkan dengan range tingkat nasional dan regional atau level Provinsi Jawa Timur, lanjutnya, juga sama. Yakni terjadi deflasi atau periode di mana harga-harga secara umum mengalami penurunan dan nilai uang bertambah.
“Saat ini Kota Probolinggo tengah mengalami deflasi. Kondisi ini juga terlihat sama pada range nasional dan regional atau level Provinsi,” katanya.
Wanita asal Jombang itu menerangkan, deflasi sendiri secara sederhana adalah ketika terjadi penurunan harga-harga barang dan jasa secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu.
Sekilas, deflasi tampak menguntungkan bagi sebagian orang, karena harga-harga barang dan jasa jadi lebih terjangkau bagi konsumen.
“Sebenarnya boleh dikatakan, dinamika perekonomian di daerah sedang kurang bagus karena deflasi ini. Di satu sisi, masyarakat menyukai hal ini. Namun dari sisi produsen dan pelaku usaha, yang diharapkan pasti kebalikannya, inflasi. Tapi nggak papa, ini menandakan adanya perputaran ekonomi,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala BPS Kota Probolinggo Heri Sulistio merincikan, ada sejumlah komoditas utama dalam kelompok makanan, minuman dan tembakau yang menjadi penyebab utama Kota Seribu Taman alami deflasi.
“Andil deflasi ini tertinggi terjadi pada telur ayam ras, cabai rawit, ikan layang atau ikan benggol, tomat dan bawang merah,” terangnya.
Walau demikian, beberapa kelompok juga masih mengalami inflasi. Yakni kelompok pakaian dan alas kaki, kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga, dan kelompok transportasi.
Kota Probolinggo sendiri, lanjut Heri, bukan satu-satunya kota di Jawa Timur yang mengalami deflasi. Pasalnya 8 kota IHK di Jawa Timur, pada bulan September lalu, seluruhnya mengalami deflasi.
“Deflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Banyuwangi dan deflasi terendah, (terjadi) di Kota Malang,” katanya. (Sonea)