KANIGARAN – Rangkaian semarak Hari Santri Nasional (HSN) Kota Probolinggo Tahun 2020 hari ini (18/10), diawali dengan grand final Lomba Membaca Kitab Kuning. Giat yang dipusatkan di kantor Wali Kota Probolinggo Jalan Panglima Sudirman 19 itu, diikuti 6 finalis perwakilan dari berbagai Pondok Pesantren dari dalam dan luar Kota Probolinggo.
Kitab kuning yang dilombakan merupakan kitab klasik warisan para ulama terkemuka di zamannya. Dengan menggunakan metode Musabaqah Qiro’atul Kutub (MQK). Dimana perlombaan ini menunjukkan keahlian santri dalam membaca kitab kuning atau kitab gundul (tanpa baris).
Ketua Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja) NU Centre Ustad Sya’ dullah menyampaikan bahwa, setiap peserta dituntut tak hanya pelafalan kalimat atau fashahah dan lahjah dalam qira’ah kitabnya. Namun bagaimana peserta mampu menjabarkan fahmul jumal, yang terdiri dari terjemahan dan pemahaman kontekstual yang terkandung didalamnya.
“Serta penguasaan ilmu dalam sesi tanya jawab dengan 3 orang dewan juri, yang disebut dengan istilah munaqasyah. Kriteria munaqasyah ini mencakup nahwiyyah dan sharfiyyah serta pemahaman fiqhiyyah,” kata Ustad Sya’dullah.
Masing-masing peserta diberi waktu 15 menit untuk menyelesaikan tantangan kifayatul akhyar bab nikah. Dimana Islam mengatur pernikahan dan rumah tangga dengan sangat detil agar tercipta keluarga ideal.
“Durasi ini kami batasi masing-masing tiga menit untuk sesi membaca, menerjemahkan dan tanya jawab dengan tiga orang dewan juri dengan total durasi, lima belas menit untuk setiap peserta,” terang Ust. Sya’dullah, yang didapuk sebagai salah satu dewan juri lomba.
Antusiasme para santri ini seolah menjadi bukti eksistensi dan tonggak sejarah kebangkitan pondok pesantren di Kota Probolinggo. Sekaligus hal itu menunjukkan kiprah pesantren semakin maju di Indonesia, hal itu seperti dikatakan salah seorang pendamping peserta yang hadir, Rahman (40), warga Ketapang Kecamatan Kademangan.
“Saya mengapresiasi dan berterimakasih pada Pemkot dan jajarannya, yang masukkan lomba ini dalam rangkaian giat HSN 2020. Ini bukti bahwa pesantren kian diminati dan maju di tengah gempuran budaya asing,” katanya.
Setelah penantian yang cukup panjang, tibalah saat dimana dewan juri memutuskan nama-nama pemenang yang berhak atas trophy, piagam dan uang pembinaan yang telah disiapkan. Wajah-wajah tegang pun terlihat dari raut ke 6 finalis.
Juara satu Lomba Membaca Kota Kuning dalam rangkaian Semarak HSN Kota Probolinggo Tahun 2020, diberikan kepada ananda Ahmad Huries dari PP. Riyadlus Solihin. Juara dua, peserta dari PP. Al Bajigur Sumenep atas nama Siti Nur Adinda dan juara tiga dimenangkan oleh Siti Nadia dari PP. R Malikiyah.
Juara harapan satu, Isa Anshori dari PP. Riyadlus Solihin. Harapan dua Ahmad Albar Sarimul Ramadan dari MA. Model Zainul Hasan. Dan terakhir, juara harapan tiga diberikan kepada ananda Alif Alfiah dari MA. Model Zainul Hasan.
Seperti diketahui, kitab kuning merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut kitab-kitab berbahasa Arab. Dimana sejak masa silam, kitab-kitab berbahasa Arab tanpa baris ini biasa digunakan dayah sebagai materi pelajaran bagi santri.
Kitab Kuning atau yang dikenal kalangan pesantren, dengan istilah MQK itu, menjadi sarana santri menguji kemampuannya dalam membaca dan memahami keilmuan yang didapat selama belajar di pondok. (Sonea)